Kecemasan Saat Mengantri di Rumah Sakit tanpa Nomor Antrian
Ya... Cemas, itulah yang dirasakan kami (para pasien dan pengantar) saat menunggu panggilan pemeriksaan. 😅
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Apa kabar sahabat, kali ini Saya share pengalaman saat mengantri di RS ya.. hehe.. langsung saja bahwa, Malam itu kami bertiga saya dan dua orang siswa termasuk satu yang sakit, bersama-sama mengunjungi salah satu rumah sakit di kec. Kemang kab. Bogor untuk menjalani pemeriksaan sekaligus pengobatan siswa yang sakit. Rumah sakit itu sebenarnya RSIA Rumah Sakit Ibu dan Anak, namun memang berkembang dengan berbagai poli. Untuk menjaga namanya saya hanya sebutkan inisial nama RS tersebut dengan S. 😀
Sebenarnya RS S ini merupakan RS yang besar untuk suatu wilayah kecamatan dan merupakan RS yang banyak dikunjungi termasuk oleh warga desa Jampang, Tegal, dll. 😉
Saat kami memasuki RS S, kami langsung mengambil nomor antrian di mesin dengan kode Admission. Tanpa mengantri kami pun langsung diterima di loket admission guna melakukan pendaftaran. Adapun data yang diperlukan sebagai berikut: - KTP atau Kartu pelajar - Alamat asal dan domisili - Keluhan dan rencana poli yang dituju - BPJS atau umum
Poli yang kami tuju saat itu adalah poli umum. Setelah mengisi berkas di loket admission, kami langsung diarahkan untuk menunggu panggilan di depan pintu UGD. Dengan suka cita kami pun duduk dan menunggu panggilan di tempat yang telah disediakan. 😁
Waktu terus berputar, tak terasa waktu pun telah mencapai menit lebih dari 30 dan rasa perut yang lapar dan rasa kantuk telah mengingatkan kami khususnya siswa yang kami antar sehingga mulai bertanya-tanya tentang kapan giliran kami dipanggil. 😎
Kami pun menuju admission untuk menanyakan nomor antrian atau urutan panggilan agar mengetahui berapa pasien lagi sebelum gilirannya kami dipanggil. Namun ternyata pihak admission tidak mengetahuinya dan meminta kami untuk menunggu gilirannya saja. 😅
Karena belum ada kepastian dari urutan pemanggilan kami pun diarahkan untuk menuju masuk ke ruangan pemeriksaan dan menanyakannya kepada perawat. Ternyata perawatnya pun demikian halnya pihak admission, mereka tidak dapat memberikan urutan berapa lagi pasien yang akan ditangani atau diperiksa sebelum giliran siswa kami dipanggil. 😐
Malam semakin larut, siswa kami pun mulai mengeluh capek, ngantuk, dan lapar yang mendorong siswa kami untuk tidak jadi diperiksa atau pindah ke RS lain sehingga dapat makan tanpa cemas akan dipanggil dan sebagainya. 😰
Saya pun terus memberikan pengertian agar dapat memastikan dahulu, sehingga kami bisa memutuskan tindakan yang tepat. Kami pun memasuki ruang pemeriksaan dan melihat ada tumpukan berkas pasien dan berkas siswa kami berada diurutan paling atas. Kami menanyakan kepada perawat, dari berkas yang paling atas kah atau bawah urutan yang akan diperiksa lebih dahulu? ternyata perawatnya bukan dirinya dan ada perawat lain yang menanganinya. Perawat ini menyampaikan mungkin diambil dari yang paling bawah namun perawat pun menanyakan dan memastikan kepada dokter karena memang perawat yang menanganinya (perawat yang sempat kami tanya setelah dari admission pertama). 😓
Siswa kami pun semakin bulat untuk segera pulang tanpa ada keinginan menunggu yang diakibatkan tidak adanya kepastian nomor giliran tersebut. 😏
Namun akhirnya, tidak lama setelah itu siswa kami dipanggil, yang ternyata urutan berkas yang tadi saya tanyakan tidaknsesuai dengan keterangan yang disampaikan perawat. Beruntung kami tidak segera keluar. Yang dikira urutan kami masih banyak ternyata tidak demikian. 😅
Dari kejadian ini menunjukkan bahwa, nomor urut antrian menjadi dianggap perlu diadakan oleh berbagai layanan termasuk RS. agar para pasien dan pengantar tidak cemas karena terus menunggu tanpa kepastian urutannya dan hawatir dipanggil saat kita meninggalkan lokasi walaupun hanya sebentar. Jika tanpa nomor urut, kita mesti standby menyimak setiap panggilan yang dilakukan pihak pemeriksaan. 😎
Mungkin diantara kita ada yang berbeda pandangan, perlu tidaknya nomor urutan ini, silahkan memebrikan pandangannya. Inilah yang kami alami, mungkin kami juga salah dalam menilai namun kami juga tidak begitu kecewa hanya saja kami memiliki pandangan dan harapan yang demikian. 😄
Terimakasih atas perhatiannya ya sahabat... 😉😉😉 Salam sehat. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
|
0 Comments